Baghdad (ANTARA News) - Ledakan bom pinggir jalan yang disusul dengan serangan bom bunuh diri di sebuah kafe di Baghdad, ibu kota Irak, menewaskan sedikitnya 34 orang, Minggu, kata beberapa pejabat keamanan dan medis.
Serangan di daerah mayoritas Syiah, Al-Amil, di Baghdad selatan itu juga mencederai sedikitnya 50 orang, kata pejabat-pejabat itu, lapor AFP.
Seorang kolonel polisi mengatakan, bom pertama meledak di dekat kafe pinggir jalan, dan setelah itu penyerang bunuh diri meledakkan bomnya ketika orang berkumpul di lokasi kejadian.
Pertugas penanganan darurat segera membersihkan lokasi ledakan dan pasukan komando kepolisian menutup daerah sekitar serangan tersebut, kata seorang wartawan AFP.
Militan berulang kali menyerang kafe di Baghdad dan wilayah lain di Irak tahun ini, dan juga tempat-tempat lain dimana massa berkumpul seperti pasar, masjid dan lapangan sepak-bola.
Pemboman Minggu itu berlangsung dua hari setelah sebuah bom mobil meledak di dekat toko eks-krim di Baghdad timur, menewaskan sedikitnya 16 orang.
Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.
Dengan kekerasan terakhir itu, lebih dari 480 orang tewas sepanjang bulan ini, dan jumlah kematian telah mencapai lebih dari 5.200 sejak awal tahun ini, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber medis dan keamanan.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut, namun militan Sunni dan Al Qaida meningkatkan kekerasan tahun ini, khususnya terhadap warga Syiah yang mereka anggap menyimpang dari ajaran Islam.
Hampir 900 orang sipil tewas di Irak pada September, menurut misi PBB di Irak.
Kekerasan Kamis itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.
Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.
Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak telah mencapai ribuan orang sejak awal tahun ini.
Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.
Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Serangan di daerah mayoritas Syiah, Al-Amil, di Baghdad selatan itu juga mencederai sedikitnya 50 orang, kata pejabat-pejabat itu, lapor AFP.
Seorang kolonel polisi mengatakan, bom pertama meledak di dekat kafe pinggir jalan, dan setelah itu penyerang bunuh diri meledakkan bomnya ketika orang berkumpul di lokasi kejadian.
Pertugas penanganan darurat segera membersihkan lokasi ledakan dan pasukan komando kepolisian menutup daerah sekitar serangan tersebut, kata seorang wartawan AFP.
Militan berulang kali menyerang kafe di Baghdad dan wilayah lain di Irak tahun ini, dan juga tempat-tempat lain dimana massa berkumpul seperti pasar, masjid dan lapangan sepak-bola.
Pemboman Minggu itu berlangsung dua hari setelah sebuah bom mobil meledak di dekat toko eks-krim di Baghdad timur, menewaskan sedikitnya 16 orang.
Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.
Dengan kekerasan terakhir itu, lebih dari 480 orang tewas sepanjang bulan ini, dan jumlah kematian telah mencapai lebih dari 5.200 sejak awal tahun ini, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber medis dan keamanan.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut, namun militan Sunni dan Al Qaida meningkatkan kekerasan tahun ini, khususnya terhadap warga Syiah yang mereka anggap menyimpang dari ajaran Islam.
Hampir 900 orang sipil tewas di Irak pada September, menurut misi PBB di Irak.
Kekerasan Kamis itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.
Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.
Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak telah mencapai ribuan orang sejak awal tahun ini.
Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.
Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Penerjemah: Memet Suratmadi
21 Oct, 2013